Menembus Impian
Oleh: Firmanda Taufiq*
“Bila watu sudah tiba semua akan indah pada waktunya. Yakinlah
skenario dan rencana Allah akan berbicara melalui bahasa yang indah dan tak
terduga. Meskipun kadang terlihat tidak mungkin sejak awal”.
Kata-kata itu mengiang dan tertancap di pikiranku. Entah darimana
ku dapat kalimat itu. Tapi bila ku pahami dan ku resapi, memang benar adanya.
Ini bermula dari perjalanan kisah perjalananku berjuang mendapatkan beasiswa ke
salah satu kampus negeri di kota Malang. Sebenarnya tak pernah terbayang sama
sekali bagaimana kota itu dan belum pernah menginjakkan kakiku disana.
Pikiranku hanya terbayang, Malang terkenal kota dengan banyak apel dan dingin yang
mendekap tubuh, katanya.
Saat duduk di kelas 2 SMA, ketika mimpi-mimpi ini terlahir. Ketika
sebuah impian melambung tinggi di langit. Aku bermimpi untuk bisa kuliah di
kampus ternama negeri ini. Aku harus bisa kuliah dan harus mendapatkan beasiswa,”
pekikku dalam hati.
Berbagai cara ku lakukan, demi misiku mendapatkan beasiswa.
Perjuanganku pun tak sia-sia, hingga mengantarkanku ke kota Apel, ya, kota
Malang yang terkenal dengan buah apelnya. Disinilah ku melanjutkan perjalanan
mimpiku, mengurai masa depanku. Mungkin ini hanya sebuah kisah biasa. Tapi
menurutku ini luar biasa. Hal yang penting dalam sejarah hidupku.
Berawal
saat teman-temanku sibuk dengan mata pelajaran kelas 2 SMA. Ku sudah merencanakan
dan membangun mimpiku untuk bisa kuliah dan mendapatkan beasiswa penuh nanti
setelah lulus SMA. Sebenarnya Ibu dan bapak tak berencana mengkuliahkanku,
maklum keluarga kami adalah keluarga yang sederhana. Bapak dan Ibu tak sanggup
membiayai kuliahku, apalagi biaya kuliah melambung tinggi. Tapi, ku yakin pasti
bisa kuliah. Mau jadi apa aku kalau tak kuliah. Kerja pun mungkin hanya kerja
di sawah atau di ladang milik orang lain.
Ah, aku tak mau. Aku ingin memperbaiki hidup keluargaku, aku tak mau
jadi petani seperti bapak. Aku tak mau jadi kuli. Tapi aku ingin jadi orang
besar, orang yang berpengaruh dan bekerja untuk keabadian. Bukankah Pramoedya
Ananta Toer pernah berkata dalam tulisannya,” Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak
menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah
bekerja untuk keabadian.”
Dari kecil aku selalu berusaha untuk
mencapai keinginan dan prestasi yang ku harapkan. Pernah suatu kali, saat ku
kelas 5 SD, ku dan dua temanku mengikuti lomba serdas cermat antar SD
se-desaku, desa Sumberagung namanya. Dengan sebuah usaha, perjuangan, kerja
keras dan doa. Akhirnya ku dan dua temanku mewakili SD-ku mendapatkan juaranya.
Juga pernah suatu ketika ku ikut
lomba pelajaran antar SD yakni saat ku mengikuti lomba pelajaran Bahasa
Indonesia, dan ku memenangkannya. Dalam hal menulis, tulisanku tak terlalu
bagus, kata Ibu tulisanku jelek. Kadang ku hanya menjawab santai,” Maklum
tulisannnya dokter,..”. Tapi tak apalah, toh tulisanku juga menginspirasi
banyak orang,… hehehe.
Mulai dari SD ku sangat suka baca
buku, baik buku-buku pelajaran, baca novel atau buku sastra, buku karya Cak
Nun, Slilit Sang Kiai, atau karya-karya Amin Tohari, puisi Chairil Anwar
yang monumental dalam sajaknya yang membuatku terkesima dibuatnya dan
puisi-puisi Taufiq Ismail yang tertuang dalam kumpulan puisinya “Malu Aku
Jadi Orang Indonesia” juga sudah ku baca. Saat SMP buku yang sering ku baca
adalah cerpen dan kumpulan cerita-cerita yang menginspirasi, dan saat SMA ku
banyak baca novel yang terkenal, seperti Ketika Cinta Bertasbih mulai
yang pertama sampai buku ketiga karya Habiburrahman El-Shirazy, atau novel Laskar
Pelangi karya sosok yang ku kagumi, Andrea Hirata. Suatu kali ku dapat
motivasi dan inspirasi. Kata-kata yang membuatku terus bersemangat untuk selalu
membiasakan membaca. Begini bunyinya: “Membaca adalah nafas hidup dan jembatan emas
ke masa depanku.”Dengan penyulut kalimat semanagat itulah aku terus membaca
dan membaca. Karena membaca adalah bagian dan proses untuk meraih cita-cita dan
masa depanku.
Lho, kok malah berbicara tentang
buku yang pernah ku baca. Ya, ku lanjutkan ceritaku. Sebelum ku mendapatkan
cerita inspiratif ini, ku tak menyangka kisah ini akan seperti ini. Pokoknya
setelah lulus SMA ku harus melanjutkan kuliah, harus, dan bagaimanapun caranya.
Ibu sebenarnya berat hati jika akau harus kuliah, karena Ibu ingin aku kerja
atau membantu keluarga. Masalahnya Ibu dan bapak juga tak bisa membiayai
kuliahku. Tapi, tekadku sudah bulat, walau badai rintangan menerjang dan batu
terjal cobaan apa pun akan ku hadang. Aku pasti bisa.
Berbagai cara harus ku lakukan untuk mendapatkan beasiswa
yang ku inginkan, mondar-mandir sana-sini untuk menyiapkan semua berkas yang
dibutuhkan, browsing di internet, tanya ke kakak kelas, alumni ataupun tanya ke
guru-guru SMA-ku. Aku bingung kampus mana yang ku tuju, apa jurusan yang pas buatku
dan bagaimana hidupku nanti kalau sudah menjalani kuliah, pikiran itu
membayangi terus. Tapi, ku yakin dan tersemat dalam hati bahwa rencana dan skenario
Allah lebih indah dari pada yang kita bayangkan. Kadang malah kita tak
menyangka dan mengira hal yang kita impikan akan terjadi dan nyata.
Hari-hari bagiku serasa lama. Setahun serasa puluhan tahun.
Sebulan bagaikan satu tahun lamanya. Seminggu bagai berbulan-bulan. Sehari
bagai berminggu-minggu rasanya. Ah, mengapa perasaanku berkecamuk tak menentu.
Ya, karena peristiwa besar akan terjadi dalam jejak hidupku. Pengumuman Ujian
Nasional disusul pengumuman SNMPTN Undangan akan mendatangiku, akankah
memberikan kabar baik atau kabar buruk. Ku pasrahkan semua pada Sang
Penggenggam Takdir. Berbekal untaian perjuangan dan usaha, lantunan tawakal dan
kidung doa yang ku panjatkan. Kekhawatiran pun mulai berkurang, aku harus
optimis. Impianku pasti akan nyata. Tak ada kata memyerah dalam kamus hidupku.
Hidup adalah pilihan. Pilihan hari ini akan menentukan masa depan yang akan
datang.
Waktu yang dituggu pun datang. Ibu, bapak, aku dan
keluargaku berdoa untukku. Jutaan harap dan kecemasan menunggu hasil jerih
payahku dan bapak Ibu selama ini. Ujian nasional dan pengumuman lolos atau
tidaknya ku ke kampus yang ku inginkan adalah sesuatu yang membuatku khawatir
dan berharap-harap cemas. Semoga aku bisa masuk dan diterima di Perguruan
Tinggi yang ku harapkan, semoga,” batinku.
Akhirnya, ternyata
Allah menakdirkanku untuk melanjutkan perjalananku mencari ilmu. Ya, aku lulus
dan diterima di kampus yang ku inginkan. Aku diterima di kampus negeri di
Malang. Sebuah hasil yang membuatku bahagia, tak hanya itu beasiswa pun ku dapatkan.
Betapa bahagianya aku. Ibuk pun menitihkan air mata kebahagiaan atas hasil
perjuangan ini. Meskipun sebelumnya tak mungkin, tapi sekarang ini terjadi pada
diriku. Aku bisa kuliah!!!.
Semoga impian kecilku, dan proses impian besarku akan
terwujud. Perjalanan masih terhampar panjang. Masih banyak waktu dan berbagai masalah
menunggu di depan mata. Ku harus bisa menembus impian. Menembus batas. Menatap
dunia lebih dekat. Menyelami imajinasi mimi-mimpiku dan pikiran yang berfantasi
untuk mencapai puncak kesuksesan. Membahagiakan kedua orang tuaku. Karena
merekalah semangatku, merekalah pelindung jiwaku, saat relung hati ini terluka,
saat mata ini sendu oleh kesedihan. Tapi merekalah adalah pelipur lara yang
selalu memberikan kehangatan. Menyejukkan pikiran yang tengah kalut. Impianku
adalah impian keluargaku. Bagiku sebuah impian harus diperjuangkan, ia akan
menyala terang esok. Akan menerangi perjalananku, mengiringi jejak hidupku.
Suatu saat nanti, kisah ini akan menjadi guru terbaik bagi kehidupan, bagi
keluargaku, bagi mereka yang tertimpa duka dan putus asa. Karena hidup adalah
perjuangan, dan bagiamana kita bisa menjadi pejuang kehidupan, menyelami makna
yang tersimpan suci dan tersimbunyi didalamnya. Demi menembus mimpi-mimpi yang
akan terwujud nanti bila sudah tiba waktunya.
*Firmanda Taufiq, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas
Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Alamat: Pondok Pesantren Anwarul
Huda, Jl. Raya Candi III/ 454, Karang Besuki, Sukun, Malang, Kode Pos: 65146.
No HP: 085749359590, Email: firmandataufiq@gmail.com, FB:
Firmanda Taufiq, Twitter: @firmandataufiq.
*Tulisan ini masuk dalam nominasi Lomba "Dreams to Be a Hero" yang diadakan oleh Penerbit Diva Press, Yogyakarta pada tahun 2014.